Senin, 16 April 2012

Perilaku Konsumtif Menyimpang



Perilaku Konsumtif Menyimpang
Anak Sekolah Dasar
Oleh Rakhmad Fitriawan
PLB-Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta


Abstrak :
          Perilaku konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara  untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Raymond Tambunani). Perilaku konsumtif memiliki banyak definisi yang masih belum memuaskan. Karena manusia memang makhluk dengan kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu dengan menjadi konsumen. Perilaku konsumtif tidak terjadi dengan sendirinya, namun ada beberapa penyebab dan faktor-faktor yang memicu munculnya perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif akan memicu perilaku ketunalarasan, yakni perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat bahkan melanggar hukum. Karena perilaku konsumtif akan memaksa individu untuk memenuhi hasrat keinginannya. Sehingga cenderung menghalakan segala cara untuk mendpatkan keinginannya tersebut. Khususnya untuk anak sekolah dasar perilaku ini masih bisa dikendalikan dengan pendekatan yang tepat dan efektif. Perilaku konsumtif akan berpengaruh besar pada pertumbuhan emosi anak menuju dewasa. Oleh karena itu sebuah pendekatan mengendalikan perilaku konsumtif anak sangat penting, bukan menghilangkan hak anak untuk mendapatkan kebutuhannya.


PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Perilaku konsumtif sudah menjadi gaya hidup bangsa kita, dan perilaku ini sudah menjamah diberbagai tingakatan sosial. Namun perilaku ini sangatlah merugikan apabila dilakukan secara berlebihan. Karena hampir setiap hari anak diracuni dengan iklan-iklan televisi yang hanya berisikan tren mode terbaru, dari pakaian sampai barang konsumsi (makanan dan minuman). Sehingga banyak anak-anak yang terjangkit perilaku ini. Karena mereka memang adalah sasaran empuk dengan prospek penjualan yang  tinggi.
Maraknya perilaku konsumtif yang menyerang anak-anak sangatlah mengkhawatirkan, sebab perilaku konsumtif bukan hanya merugikan dalam bidang ekonomi, namun akan merambah pada perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang sendiri merupakan bagian dari ketunalarasan, yaitu penyimpangan perilaku atau emosi seseorang yang berakibat melanggar norma-norma atau aturan masyarakat, bahkan sampai pelanggaran hukum. Sehingga perilaku konsumtif merupakan salah satu penyebab atau indikator tunalaras.
     
B.   Rumusan Masalah
       1.  Apakah definisi perilaku konsumtif ?
       2.  Bagaimana hubungan perilaku konsumtif dengan tuna laras?
       3.  Apakah akibat yang ditimbulkan oleh perilaku konsumtif?
       4.  Bagaiman cara pencegahan dini?       

Perilaku Konsumtif Menyimpang
Murid Sekolah Dasar

A.    Deskripsi Perilaku Konsumtif

Menurut Kartini Kartono (via Darwis Abu, 2006: 43) perilaku adalah segala sesuatu yang diperbuat oleh seseorang atau pengalaman. Dan ada dua jenis perilaku manusia yakni perilaku normal dan abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya, sedangkan perilaku abnormal adalah perilaku yang tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada.
Dari rujukan diatas bisa disimpulkan bahwa perilaku konsumtif  merupakan perilaku yang menyimpang atau abnormal. Karena perilaku konsumtif bisa membuat seseorang menyimpang dari norma-norma dimasyarakat bahkan bisa melanggar hukum. Perilaku konsumtif umumnya menyerang pelajar, khususnya anak sekolah dasar yang masih mudah terpengaruh oleh iklan-iklan di televisi. Karena sering melihat iklan inilah anak menjadi memiliki keinginan tinggi untuk mendapatkan suatu barang yang ditawarkan lewat televisi. Ketika keinginan anak tidak terpenuhi oleh orang tuannya, anak akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, antara lain dengan berbohong untuk mendapatkan uang saku tamnbahan,  mengambil uang orang tuanya tanpa izin bahkan mengambil barang orang lain. Pada akhirnya tanpa mereka sadari telah melanggar norma dan hukum yang ada.
Perilaku konsumtif yang paling mudah digambarkan adalah konsumtif dalam hal fashion atau penampilan, yang lebih dikenal dengan kata tren. Kata tren sendiri berarti gaya mutakhir, terkini, atau modern (KBBI, 2008: 584). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku mengagungkan tren merupakan tindakan dimana seseorang bergaya sesuai dengan apa yang sedang digandrungi saat ini. Karena setiap hari anak disuguhi tayangan dengan gaya hidup yang bebas dan terkesan urakan, baik dalam kehidupan sosial maupun cara berpakaian. Hal ini akan membuat anak mengikuti apa yang mereka lihat, apalagi ketika pendampingan orang tua masih kurang. Sehingga tanpa orang tua sadari anaknya telah berperilaku konsumtif karena mengikuti gaya hidup yang mereka lihat dimedia cetak maupun elektronik.
Ketika seorang anak yang beranggapan sudah terpengaruh perilaaku konsumtif, akan cenderung tidak mau berinteraksi dengan lingkungan. Kecenderungan ini akan berlanjut pada pengelompokan atau memilih-milih pergaulan, dan pada akhirnya akan terbentuk sebuah kelompok kecil (baca: geng), yang berisikan orang-orang dengan kesamaan latar belakang social,  sependapat atau sejalan (KBBI, 2008: 154).
Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika (Tambunan Raymond, 2008: 1). Selanjutnya mereka mulai tidak peduli dengan lingkungan sekitar, karena dianggap kurang menarik, kampungan, ketinggalan jaman dan sebagainya. Mereka hanya akan memperdulikan bagaimana caranya mengikuti tren terbaru, bukan norma yang ada dimasyarakat. Jika sudah sampai pada perilaku tersebut, berarti anak tersebut telah berperilaku menyimpang. Karena telah menyimpang dari haluan-haluan yang ada dimasyarakat bahkan melanggar hukum.


B.   Penyebab Perilaku Konsumtif
Semua kejadian tersebut bukan berarti terjadi begitu saja. Tentu ada beberapa penyebab yang memicunya, yang pertama adalah hasrat keinginan. Hasrat keinginan adalah dorongan dari dalam diri yang menggebu-gebu untuk mendapatkan hal yang disukai atau diminati. Sehingga menyebabkan orang merasa sangat menginginkan dan membutuhkannya. Hal ini lebih pada diri sendiri, dengan kata lain merupakan pengaruh dari dalam yang tidak terkendali ketika menginginkan suatu barang.
Kedua, pengaruh anak sering melihat tayangan yang memperlihatkan barang-barang menarik, baik fashion  maupun barang konsumsi. Tayangan ini tidak hanya dari televisi, namun media cetak dan reklame-reklame pinggir jalan, dan ini terjadi hampir setiap menit. Sehingga memicu anak berkeinginan kuat untuk mendapatkan barang tersebut. Dan sulit dicegah hanya dengan menasihati anak atau mengalihkan perhatiannya mengenai keinginannya tersebut.
Ketiga, lingkungan tempat tinggal dan sekolah. Anak akan meniru apa yang ada disekitarnya, karena pada umur sekolah dasar lebih sering meniru lingkungannya untuk beradaptasi (labil). Belum adanya pendirian kuat adalah faktor utama terjadinya imitasi pada anak. Sehingga anak mudah terpengaruh dengan lingkungan dan masih memiliki rasa keinginan yang besar terhadap suatu barang.
Keempat, pergaulan dengan teman sebaya. “Apa yang teman miliki saya harus miliki juga”, ini adalah prinsip seorang anak. Umumnya kepemilikan suatu barang didominasi oleh kepemilikan teman dekatnya, sehingga katika anak mengetahui temannya memakai, menggunakan atau memakan barang baru. Secara harafiah anak akan menginginkan barang tersebut.



C.   Akibat Perilaku Konsumtif Anak 
Biasanya anak akan berperilaku destruktif ketika meminta suatu barang pada orang tuannya, dengan memukuli orang tuanya atau merusak barang yang ada dirumah, apabila keinginannya tidak dipenuhi. Dan kebanyakan orang tua yang tidak sabar menanggapinya dengan emosi, sehingga terjadi kekerasan pada anak yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.
Ada pun akibat selain perilaku destruktif diatas, anak akan cenderung melakukan hal yang menyimpang dari etika. Seperti berbohong untuk membayar kebutuhan sekolah dan sebagainya, padahal untuk membeli barang yang diinginkan. Kemudian mencuri uang orang tuanya hanya demi mendapatkan barang kurang penting. Bahayanya lagi anak bisa melakukan pencurian dalam bentuk barang maupun uang milik tetangganya, dalam hal ini anak sudah menjurus pada perbuatan criminal.
Oleh karena itu, pengendalian perlu dilakukan sesegera mungkin sebelum anak mencapai tahap criminal. Sering ditayangkan ditelevisi ketika seorang anak sekolah dasar mencuri barang tetangganya hanya untuk membeli sepatu yang dikenakan seorang artis. Ini adalah contoh nyata perilaku menyimpang akibat seorang anak berperilaku konsumtif menyimpang.

D.   Cara mengubah perilaku konsumtif anak
Sebenarnya perilaku konsumtif terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang manajemen keunganan sehingga akan terbelenggu dalam perilaku konsumtif. Oleh karena itu peran keluarga dalam member pengertian sejak dini mengenai bagaimana mengelola keuangan yang benar dan efektif. Pengubahan perilaku menurut MacMillan (via Darwis Abu, 2006: 2) adalah penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah diuji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak sesuai. Kenbiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dilemahkan dan dihilangkan, perilaku yang sesuai ditimbulkan dan diperkuat.
Ada beberapa cara untuk mengubah perilaku konsumtif sejak dini, (Widini, 2010: 2) antara lain :
1.         Jelaskan pada anak manfaat uang
Anak tanpa sadar akan mengikuti tren, karena informasi yang mudah didapat mengenai barang-barang baru. Hal ini merupakan faktor pemicu anak berkeinginan untuk mendapatkan barang baru tersebut. Dan tanpa mereka sadari telah berperilaku konsumtif. Untuk menghindari hal tersebut jelaskan manfaat uang pada anak. Agar anak bisa mengelola keuangandengan baik. Ketika anak mengerti manfaat uang, dengan sendirinya akan mampu mengontrol pengeluaran. Yaitu membatasinya dengan hanya membeli barang yang memang benar-benar bermanfaat untuknya.
2.         Tanyakan kebutuhan anak setiap semester
Untuk membantu anak mengelola keuangan, setiap semester tanyakan apa kebutuhannya. Maka kebutuhan anak akan terpenuhi namun dalam garis besar kebutuhan tiap semesternya. Sehingga anak akan belajar mengerti bagaimana cara memanajemen keuangan, sehingga kelak mampu hidup dengan tepat guna. Yang berarti tepat sesuai kebutuhan, dan berguna untuk kehidupannya.
3.         Jelaskan kebutuhan dan pengeluaran rumah tangga
Menjelaskan kebutuhan dan pengeluaran rumah tangga pada anak dibutuhkan karena akan menghindarkan anak dari berpikiran negatif kepada orang tua. Dan membanding-bandingkan dengan orang tua temannya, maupun lingkungannya. Hal ini akan membuat anak mengerti keadaan keluarga.
4.         Jelaskan tentang pemasukan keluarga
Beri anak pengertian mengenai pemasukan keluarga. Jelaskan pula kapan waktu gajian, sehingga ketika anak menginginkan sesuatu bisa menyesuaikan dengan pemasukan dan waktu gajian. Sehingga tidak terjadi pengeluaran diluar kendali. Seperti kata pepatah besar pasak daripada tiang.

Kesimpulan

Pada dasarnya perilaku konsumtif itu lumrah, dan merupakan sifat dasar manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Selama itu tidak  sehingga membengkakkan anggaran bahkan sampai mengurangi kebutuhan lain yang lebih penting dan sifatnya premier (kebutuhan pokok). Wajib hukumnya mengarahkan seorang anak menjadi orang yang selektif konsumtif, karena jika dibiarkan anak akan terus berperilaku menyimpang dari norma-norma di masyarakat bahkan melanggar hukum.
Berbagai cara menyikapi perilaku diatas hanyalah gambaran umum. Untuk hasil yang maksimal perlu dilakukan proses assesmen terlebih dahulu, sehingga tercipta sebuah cara yang tepat dan efektif sesuai kebutuhan anak. Sehingga perilaku anak tersebut bisa keluar dari penyimpangan. Dalam proses ini peran orang tua, guru dan lingkungan sangat penting demi tercapainya penyembuhan bagi anak tersebut. Karena anak adalah tumpuan masa depan bangsa yang seharusnya memiliki prinsip kuat dan menjaga apa yang telah kita wariskan kepadanya, baik berupa kebudayaan, bahasa, dan kemerdekaan.